Pagarsih.com - PAGARSIH merupakan sebuah nama jalan yang cukup terkenal di Kota Bandung. Letaknya tak jauh dari pusat kota, atau kurang dar...
Pagarsih.com - PAGARSIH merupakan sebuah nama jalan yang cukup terkenal di Kota Bandung. Letaknya tak jauh dari pusat kota, atau kurang dari 1 kilometer menuju Alun-alun Kota Bandung. Kawasan ini masuk ke dalam dua wilayah yakni, Kecamatan Astana Anyar dan sebagian masuk ke wilayah Kecamatan Bojongloa Kaler.
[photo]
Pada tahun 1940-an, kawasan Jalan Pagarsih (Pagarsihweg, dalam bahasa Belanda) masih berupa pesawahan, kebun kangkung dan kebun kelapa. Jalan Pagarsih sendiri diperkirakan sudah ada sejak tahun 1930 dan jalannya pun belum selebar seperti sekarang.
Konon, seorang tuan tanah pernah tinggal di wilayah ini, namanya Garsih. Karena termasuk orang terpandang dan berpengaruh di kawasan ini, masyarakat sekitar kerap memanggil dengan sebutan Pak Garsih, yang dalam lidah orang sunda menjadi Pa Garsih (dibaca Pagarsih).
Selain sosok yang dihormati, Pak Garsih dikenal memiliki jasa bagi warga sekitar. Dia adalah orang yang berjasa membangun pintu air di sungai Citepus yang berfungsi untuk mengairi pesawahan Kebun (dalam bahasa Sunda kebon) kangkung dan kebun kelapa yang ada di daerah tersebut.
Atas prakarsanya itu, ia bersama warga membuat pintu air yang melekuk ke arah Jalan Babakan Irigasi (sekarang) atau dalam bahasa sunda disebut Ulekan. Maka tak heran jika di wilayah ini terdapat pasar Ulekan yang merupakan pasar tradisional sampai sekarang.
Pak Garsih memiliki tanah yang cukup luas, diperkirakan membentang dari Gg. Citepus (sekarang) sampai Gg. Nyi Empok (yang konon Nyi Empok adalah istrinya). Karena masih jarang penduduknya, jika memanggil teman dari pasar ulekan hingga Jalan Siliwangi (sekarang jalan Astana Anyar menuju arah Jalan Kalipah Apo) masih terdengar jelas.
Pak Garsih sendiri sempat tinggal di sebuah rumah yang kini diperkirakan berada di depan Gg Mastabir. Sayangnya, tak banyak masyarakat sekarang yang mengetahui secara pasti rumah tuan tanah ini.
Kebenaran cerita Pak Garsih ini diamini salah seorang warga sekitar Nanan Sobarna, yang juga pengurus RW 04 Kelurahan Cibadak. Menurut dia, nama Pagarsih diambil dari nama seorang tokoh bernama Garsih. Diperkirakan, dia adalah tokoh masyarakat yang sangat disegani.
”Ya, setahu saya itu nama orang. Kalau dulu biasanya yang suka sering dijadikan nama jalan itu tokoh masyarakat atau tokoh agama,” ujarnya saat berbincang dengan galamedianews.com.
Ia menyebut, berbeda dengan saat ini, dahulu sungai Citepus memiliki air sangat jernih. Tak jarang warga sekitar banyak yang memanfaatkan kejernihan air itu untuk kebutuhan rumah tangga, seperti mandi dan mencuci pakaian.” Dulu mah bersih ngga kaya sekarang,” ucapnya.
Ia pun menyangkan pintu air sungai Citepus yang dibangun Pak Garsih kondisinya saat ini sudah tak berfungsi dengan normal. “Memang harus diperbaiki, tapi kalau mau memperbaiki harus turun ke bawah,” katanya.
Salah seorang warga lainnya Endang (47) menyebut, Pak Garsih adalah sosok tuan tanah yang sangat berjasa bagi warga sekitar. Menurutnya, pembangunan pintu air sungai Citepus berada di sekitar wilayah Irigasi (sekarang).
"Karena dulu itu banyak kebon kangkung, jadi untuk pengairannya dari sungai Citepus. Kalau sekarang sudah ngga ada sawah jadi pintu airnya juga tidak berfungsi," ucapnya.
Ia pun menyebut, karena dekat dengan objek wisata, dahulu Pagarsih lebih dikenal dengan sebutan Situ Aksan. Ini lantaran disebelah barat (sekarang Pagarsih Barat) terdapat kawasan wisata Situ (danau) yang sempat populer di era 1960-hingga tahun 1980an awal.
"Dulu orang nyebutnya Situ Aksan, ini karena di sebelah barat ada Situ yang menjadi tempat wisata warga Bandung," katanya.
Di kawasan ini pula dikatakannya terdapat gedung Bioskop yang diberinama Bioskop Siliwangi dan Bioskop Taman Senang. Keberadaan dua Bioskop ini seolah menjadi daya tarik bagi warga sekitar pada masa itu.
Keberadaan Bioskop Siliwangi dan Taman Senang di tahun 1970 itu popularitasnya sempat meningkat setalah akhirnya pada pertengahan 1990 an kejayaan Bioskop ini redup seiring perkembangan zaman. ”Dulu Boiskop ini sangat diminati masyarakat menengah ke bawah, serunya kalau bawa pacar nonton, pas hujan gerimis langsung bubar,” kenangnya.
Tak hanya Pagarsih, nama jalan seperti K. Natawijaya (konon katanya saudara Pak Garsih) Raden Sastra, Pa Oyon, Holilli, Onong, Mas Tabir, Mas Kardi merupakan beberapa tuan tanah yang berada di wilayah ini. Dahulu beberapa nama-nama jalan (Gang) ini terkenal dengan sebutan Sundawa, yang dalam artian Sunda-Jawa. Konon, di wilayah ini banyak warga pendatang dari wilayah Jawa yang berbaur dengan warga asli (Sunda) dan menjadi tuan tanah, ini dilihat dari nama-nama Gang tersebut.
Sumber: galamedianews
[photo]
Pada tahun 1940-an, kawasan Jalan Pagarsih (Pagarsihweg, dalam bahasa Belanda) masih berupa pesawahan, kebun kangkung dan kebun kelapa. Jalan Pagarsih sendiri diperkirakan sudah ada sejak tahun 1930 dan jalannya pun belum selebar seperti sekarang.
Konon, seorang tuan tanah pernah tinggal di wilayah ini, namanya Garsih. Karena termasuk orang terpandang dan berpengaruh di kawasan ini, masyarakat sekitar kerap memanggil dengan sebutan Pak Garsih, yang dalam lidah orang sunda menjadi Pa Garsih (dibaca Pagarsih).
Selain sosok yang dihormati, Pak Garsih dikenal memiliki jasa bagi warga sekitar. Dia adalah orang yang berjasa membangun pintu air di sungai Citepus yang berfungsi untuk mengairi pesawahan Kebun (dalam bahasa Sunda kebon) kangkung dan kebun kelapa yang ada di daerah tersebut.
Atas prakarsanya itu, ia bersama warga membuat pintu air yang melekuk ke arah Jalan Babakan Irigasi (sekarang) atau dalam bahasa sunda disebut Ulekan. Maka tak heran jika di wilayah ini terdapat pasar Ulekan yang merupakan pasar tradisional sampai sekarang.
Pak Garsih memiliki tanah yang cukup luas, diperkirakan membentang dari Gg. Citepus (sekarang) sampai Gg. Nyi Empok (yang konon Nyi Empok adalah istrinya). Karena masih jarang penduduknya, jika memanggil teman dari pasar ulekan hingga Jalan Siliwangi (sekarang jalan Astana Anyar menuju arah Jalan Kalipah Apo) masih terdengar jelas.
Pak Garsih sendiri sempat tinggal di sebuah rumah yang kini diperkirakan berada di depan Gg Mastabir. Sayangnya, tak banyak masyarakat sekarang yang mengetahui secara pasti rumah tuan tanah ini.
Kebenaran cerita Pak Garsih ini diamini salah seorang warga sekitar Nanan Sobarna, yang juga pengurus RW 04 Kelurahan Cibadak. Menurut dia, nama Pagarsih diambil dari nama seorang tokoh bernama Garsih. Diperkirakan, dia adalah tokoh masyarakat yang sangat disegani.
”Ya, setahu saya itu nama orang. Kalau dulu biasanya yang suka sering dijadikan nama jalan itu tokoh masyarakat atau tokoh agama,” ujarnya saat berbincang dengan galamedianews.com.
Ia menyebut, berbeda dengan saat ini, dahulu sungai Citepus memiliki air sangat jernih. Tak jarang warga sekitar banyak yang memanfaatkan kejernihan air itu untuk kebutuhan rumah tangga, seperti mandi dan mencuci pakaian.” Dulu mah bersih ngga kaya sekarang,” ucapnya.
Ia pun menyangkan pintu air sungai Citepus yang dibangun Pak Garsih kondisinya saat ini sudah tak berfungsi dengan normal. “Memang harus diperbaiki, tapi kalau mau memperbaiki harus turun ke bawah,” katanya.
Salah seorang warga lainnya Endang (47) menyebut, Pak Garsih adalah sosok tuan tanah yang sangat berjasa bagi warga sekitar. Menurutnya, pembangunan pintu air sungai Citepus berada di sekitar wilayah Irigasi (sekarang).
"Karena dulu itu banyak kebon kangkung, jadi untuk pengairannya dari sungai Citepus. Kalau sekarang sudah ngga ada sawah jadi pintu airnya juga tidak berfungsi," ucapnya.
Ia pun menyebut, karena dekat dengan objek wisata, dahulu Pagarsih lebih dikenal dengan sebutan Situ Aksan. Ini lantaran disebelah barat (sekarang Pagarsih Barat) terdapat kawasan wisata Situ (danau) yang sempat populer di era 1960-hingga tahun 1980an awal.
"Dulu orang nyebutnya Situ Aksan, ini karena di sebelah barat ada Situ yang menjadi tempat wisata warga Bandung," katanya.
Di kawasan ini pula dikatakannya terdapat gedung Bioskop yang diberinama Bioskop Siliwangi dan Bioskop Taman Senang. Keberadaan dua Bioskop ini seolah menjadi daya tarik bagi warga sekitar pada masa itu.
Keberadaan Bioskop Siliwangi dan Taman Senang di tahun 1970 itu popularitasnya sempat meningkat setalah akhirnya pada pertengahan 1990 an kejayaan Bioskop ini redup seiring perkembangan zaman. ”Dulu Boiskop ini sangat diminati masyarakat menengah ke bawah, serunya kalau bawa pacar nonton, pas hujan gerimis langsung bubar,” kenangnya.
Tak hanya Pagarsih, nama jalan seperti K. Natawijaya (konon katanya saudara Pak Garsih) Raden Sastra, Pa Oyon, Holilli, Onong, Mas Tabir, Mas Kardi merupakan beberapa tuan tanah yang berada di wilayah ini. Dahulu beberapa nama-nama jalan (Gang) ini terkenal dengan sebutan Sundawa, yang dalam artian Sunda-Jawa. Konon, di wilayah ini banyak warga pendatang dari wilayah Jawa yang berbaur dengan warga asli (Sunda) dan menjadi tuan tanah, ini dilihat dari nama-nama Gang tersebut.
Sumber: galamedianews
COMMENTS